Presiden Tiongkok, Xi Jin Ping meresmikan beroperasinya Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) atau Bank Infrastruktur Asia. Institusi keuangan multilateral ini didirikan untuk membantu pembiayaan berbagai proyek infrastruktur negara-negara anggotanya, termasuk Indonesia.
Dalam acara peresmian AIIB juga hadir Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro. Menkeu juga menjadi salah satu pemateri di depan para menteri keuangan dari berbagai negara yang hadir. Salah satu materi yang disampaikan oleh Bambang adalah terkait dengan besarnya dana untuk membiayai pembangunan infrastruktur.
“Pembangunan infrastruktur masih menjadi motor untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif (terbuka-Red). Seiring dengan itu kebutuhan pembiayaan juga terus meningkat,” kata Bambang.
Bambang memaparkan, berdasarkan penelitian dari Asian Development Bank (ADB) disebutkan, kawasan Asia memerlukan dana senilai 8,2 triliun dolar AS atau Rp 114 ribu triliun (kurs Rp 14.000/dolar AS) selama 10 tahun (2010-2020). Angka tersebut dapat disetarakan dengan rata-rata 800 miliar dolar AS atau Rp 11 ribu triliun per tahun.
Bambang menambahkan dari nilai tersebut kalangan swasta paling mungkin hanya bisa menanggung sebanyak 25%-nya saja. Selama ini banyak negara yang mencoba menggeser sisanya ke anggaran pemerintah. Namun, tak semua negara mampu, karena mesti memperhatikan kondisi fiskal.
“Artinya ada selisih antarpembiayaan infrastruktur yang besar. Bila saja gap itu masih berlanjut, ke depan Asia akan sulit untuk sustained,” katanya.
AIIB hadir untuk membantu permasalahan tersebut. lembaga multilateral itu siap membantu pembiayaan untuk negara-negara yang inggin merealisasikan proyek infrastruktur. Sekaligus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara negara anggotanya.
Pembiayaan 6 Proyek Di Tanah Air
Tak mau melewatkan kesempatan emas, pemerintah Indonesia dengan sigap menyambut AIIB yang siap membantu pembiayaan sejumlah proyek infrastruktur di Tanah Air. Total ada enam proyek senilai 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 28 triliun (kurs Rp 14.000/dolar AS) yang sudah disiapkan untuk diajukan kepada AIIB. Enam proyek tersebut meliputi berbagai bidang infrastruktur. Tiga proyek pada bidang kelistrikan, kemudian pembangunan jalan tol, perbaikan jalan nasional, dan air minum.
Bambang menambahkan, diantara 6 proyek tersebut sudah ada yang melalui proses pembangunan dan dibiayai oleh lembaga multilateral lainnya. Jika nanti pengajuan disetujui dana dari AIIB, bakal melengkapi kekurangan pembiayaan.
Dalam skema AIIB, proyek infrastruktur yang didanai adalah infrastruktur fisik seperti jalan, jalur kereta api, bandar udara (bandara), pelabuhan, pembangkit listrik, transmisi, kilang minyak, dan lainnya.
Terkait dengan besaran bunga pinjaman, Bambang menjelaskan tingkat bunga yang akan ditetapkan AIIB relatif rendah, sama seperti lembaga multilateral lain, seperti ADM atau Bank Dunia.