Topografi Indonesia sangat beragam, ada perbukitan, dataran rendah dan juga pegunungan dan hal itu membuat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) senantiasa mendukung adanya inovasi dan juga pemanfaatan teknologi pembangunan terowongan. Kelebihan dari pembangunan terowongan jalan antara lain untuk menjaga lansekap dan alamnya, bisa mengurangi jarak tempuh juga. Tetapi biaya dan risiko konstruksi harus diperhitungkan juga.
Adapun infrastruktur terowongan ini bukanlah teknologi baru di dalam negeri, sebab telah diterapkan berupa saluran pengelak dalam pembangunan bendungan. Hanya saja sedikit mengalami kelambatan, namun Menteri PUPR Basuki Hadimuljono akan didorong supaya terowongan di dalam pembangunan jalan makin banyak, dituturkan pada acara Seminar To Introduce Tunnel Planning and Technology. Acara ini terselenggara atas kerja sama Kementerian PUPR bersama Japan International Cooperation Agency (JICA). Prof. Nobuharu Isago, menjadi narasumber utama di Auditorium Kementerian PUPR Jakarta, hari Senin tanggal 16 September 2019 silam.
Kementrian PUPR tengah membangun terowongan di Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), memiliki diameter 14 meter dan panjang 472 meter. Terowongan ini dibangun gunakan New Austrian Tunneling Methods (NATM), juga metode Tunneling Boring Machine (TBM) sebelumnya metode ini juga yang digunakan dalam membangun jalur Moda Raya Terpadu (MRT) untuk Jakarta beberapa waktu silam.
Untuk ruas tol Padang-Pekanbaru pun akan diterapkan teknologi terowongan sebanyak lima terowongan, menembus Bukit Barisan dan dengan total panjang 8,95 km. Tak hanya itu, namun terwongan yang sedang dalam pembangunan serta sering digunakan misalnya Way Sekampung dan Bendungan Kuwil.
Pemerintah Jepang bekerja sama dengan Kementerian PUPR sedang menyiapkan perencanaan pembangunan terowongan untu Tol Bengkulu-Muara Enim. Pembangunannya dinanti tantangan besar, yakni rawannya kawasan Bukit Barisan dimana bencana gunung berapi, gerakan tanah pun harus diwaspadai betul. Upaya mitigasi bencana sangatlah penting pada tahap perencanaan.
Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) pun telah terbentuk, dengan tujuan supaya bisa tingkatkan ketertiban dan keamanan pembangunan dan juga meningkatkan keandalan sehingga risiko kegagalan bangunan pun bisa dicegah dan dihindari. Terdiri atas para ahli jembatan dan terowongan.
Menurut anda, apakah metode yang digunakan sekarang menjadi metode yang tepat untuk topografi Indonesia?