an aerial view of a church in the middle of a city
Photo by Tom Fisk on Pexels.com

Mengenal KDB dan Cara Menghitungnya

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah persentase dari luas lahan yang diizinkan untuk dibangun pada suatu area tanah tertentu. Dalam kata lain, KDB menunjukkan seberapa besar lahan yang bisa digunakan untuk bangunan, sedangkan sisanya harus dibiarkan terbuka atau digunakan untuk fasilitas lain, seperti taman atau area terbuka hijau.

Misalnya, jika suatu lahan memiliki luas 1000 m² dan KDB yang berlaku adalah 60%, maka hanya 600 m² dari lahan tersebut yang bisa dibangun, sementara sisanya harus dibiarkan terbuka.

KDB ini ditetapkan oleh pemerintah daerah atau lembaga yang berwenang melalui rencana tata ruang atau peraturan zonasi. Tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan lingkungan, mengontrol kepadatan bangunan, dan mengatur sirkulasi udara serta pencahayaan alami di area perkotaan.

Aturan Tentang KDB

Setiap kota atau kabupaten memiliki aturan yang berbeda mengenai KDB tergantung pada karakteristik wilayahnya. Umumnya, KDB diatur dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan peraturan daerah yang mengatur zonasi. Berikut adalah beberapa aturan umum yang mengatur KDB:

  1. Jenis Zonasi
    • Zonasi untuk pemukiman biasanya memiliki KDB yang lebih rendah (misalnya 40-60%), karena mempertimbangkan kebutuhan ruang terbuka hijau dan kualitas lingkungan.
    • Zonasi komersial atau industri mungkin memiliki KDB lebih tinggi (misalnya 70-90%) karena prioritas pada pembangunan gedung atau fasilitas komersial.
  2. Tingkat Kepadatan Semakin padat suatu area, umumnya KDB yang diterapkan semakin tinggi. Di pusat kota atau kawasan komersial yang padat, KDB yang diizinkan bisa mencapai 80-90%. Di daerah pemukiman atau perumahan dengan tingkat kepadatan rendah, KDB yang diizinkan biasanya lebih rendah, sekitar 40-60%.
  3. Pertimbangan Lingkungan KDB seringkali ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan. Di beberapa daerah, KDB dirancang untuk mencegah banjir, menjaga keseimbangan ekosistem, dan memastikan ruang terbuka yang memadai.
  4. Batasan Ketinggian Bangunan Selain KDB, pemerintah daerah biasanya juga menetapkan batasan ketinggian bangunan (Koefisien Lantai Bangunan, KLB), yang mengatur berapa lantai yang bisa dibangun. KLB seringkali berhubungan dengan KDB dalam peraturan tata ruang.

Cara Menghitung KDB

Cara Menghitung KDB Untuk menghitung Koefisien Dasar Bangunan, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Ketahui Luas Lahan Langkah pertama adalah mengetahui luas lahan yang akan dibangun. Luas lahan ini biasanya diukur dalam meter persegi (m²).
  2. Ketahui Persentase KDB Persentase KDB ditentukan oleh peraturan daerah setempat dan biasanya tertera dalam dokumen perizinan pembangunan atau rencana tata ruang.
  3. Rumus Menghitung KDB Rumus sederhana untuk menghitung KDB

Contoh Perhitungan KDB

Jadi, Anda hanya boleh membangun seluas 500 m², sementara 500 m² lainnya harus tetap berupa lahan terbuka.

Kesimpulan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) merupakan aturan yang mengatur seberapa besar lahan yang bisa dibangun pada suatu area. Dengan KDB, pemerintah daerah dapat menjaga keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan, serta mengontrol kepadatan dan kualitas ruang di perkotaan. Penting bagi setiap pemilik lahan untuk memahami KDB yang berlaku di daerah mereka agar pembangunan dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Memahami KDB dan cara menghitungnya adalah langkah penting dalam perencanaan pembangunan, baik untuk pemilik rumah maupun pengembang properti.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *